Inilah Fenomena Penarik Serangga Pada Tumbuhan




Makhluk hidup berdarah hambar perlu menghangatkan badan mereka untuk mendapat tenaga yang diharapkan untuk acara apa pun. Keperluan ini dipenuhi dengan berjemur di bawah sinar matahari. Namun, berdasarkan sebuah penelitian baru, diketahui bahwa serangga mempunyai sentra pemanas yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup berdarah hambar lainnya. Sebagian serangga menghangatkan badan mereka di daerah yang sampai sekarang tidak diketahui: pada tumbuhan.

Kita tahu Fungsi biologi bunga yaitu sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina(makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.Beberapa bunga mempunyai warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat binatang pembantu penyerbukan. namun tidak semua bunga bisa melaksanakan penyerbukan sendiri. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat binatang untuk membantu penyerbukan.Manusia semenjak usang terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu flora sebagai tumbuhan hias.


Panas dan aroma yang khas

Roger Seymour, pakar biologi dari Universitas Adelaide, Australia, menyatakan bahwa sekitar 900 spesies flora diketahui menghasilkan panas di dalam bunganya. Panas ini, yang cara kerja pembangkitnya belum diketahui, mengakibatkan tersebarnya aroma yang menarik perhatian serangga-serangga penyerbuk bunga. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Seymour dan rekan-rekannya di majalah Nature mengungkapkan bahwa panas ini juga sanggup berperan sebagai perangsang bagi serangga-serangga penyerbuk.
Para peneliti mengkaji tumbuhan Philodendron solimoesense, yang tumbuh di koloni Prancis Guiana dan diserbuki oleh serangga-serangga dari spesies Cyclocephala colasi. Para ilmuwan tersebut menempatkan alat kecil di dalam bunga-bunga flora tersebut, dan menemukan bahwa panas dihasilkan pada malam hari, 4°C lebih hangat daripada suhu di lingkungan luar. Panas ini menarik perhatian sejumlah kelompok serangga ke arah tumbuhan.

Kelompok peneliti itu kemudian berpindah ke penelitian perihal pemenuhan kebutuhan energi serangga-serangga tersebut, dengan memakai respirometer  - sebuah alat yang mencatat energi yang dipakai oleh serangga. Dengan menempatkan serangga-serangga tersebut ke dalam alat ini, para peneliti menemukan bahwa seranga-serangga itu membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga supaya badan mereka tetap hangat ketika berada di luar tumbuhan. Seekor serangga yang menghangatkan tubuhnya di malam hari di luar flora menghabiskan energi dua sampai lima kali lebih besar daripada seekor serangga di dalam bunga.
Seymour menyatakan bahwa serangga-serangga kecil seperti C. colasi membayar "harga sangat mahal" supaya tetap hangat, alasannya mereka kehilangan panas dengan sangat cepat. Berkat tumbuh-tumbuhan penghasil panas ini, serangga-serangga tersebut sanggup mengalihkan lebih banyak energi untuk  keperluan makan dan berkembang biak. Tumbuhan ini menyediakan lingkungan yang sedemikian nyaman dan berkhasiat bagi serangga-serangga itu sehingga mereka  menghabiskan 90% waktu mereka dalam kehangatan bunga-bunga.
Perilaku saling memberi di antara flora dan serangga mengatakan satu rujukan mengagumkan perihal kerjasama. Ringkasnya, sebuah flora yang tak bisa berpindah dari tempatnya membutuhkan sebuah kendaraan untuk mengangkut serbuk sarinya ke flora lain. Kebutuhan ini dipenuhi oleh serangga yang bertindak persis layaknya kendaraan beroda empat angkutan pengiriman barang. Sebaliknya, serangga menemui kesulitan untuk menghangatkan tubuhnya di malam hari. Di ketika suhu turun, serangga harus menghabiskan sebagian besar energinya untuk mengatasi perbedaan suhu ini.
Pada titik ini berlangsunglah sebuah proses yang memenuhi kebutuhan kedua makhluk hidup tersebut: Sang flora menaikkan suhu tubuhnya sebesar kira-kira 4°C lebih hangat daripada suhu lingkungan sekitar di malam hari. Ini dimungkinkan oleh pengaturan khusus pada fisiologi flora tersebut.
Akan tetapi, bagaimana sikap menghangatkan badan ini muncul untuk kali pertama? Dengan kata lain, apakah yang memicu proses fisiologis dari kejadian ini? Mampukah sang flora berpikir untuk menarik perhatian serangga dalam rangka memenuhi kebutuhannya, dan meneliti fisiologi serangga dalam hal kebutuhannya akan panas dan memahami bahwa menyediakan panas bagi serangga di malam yaitu cara yang cerdas? Sudah pasti, tidak. Tumbuhan ini bahkan tidak mempunyai otak untuk berpikir hal apa pun. Oleh lantaran semua ini mustahil sanggup dirancang oleh flora sendiri, maka sudah niscaya terdapat kecerdasan mahahebat yang melaksanakan perancangan itu. Kecerdasan mahatinggi itu sudah niscaya milik Allah Yang Mahakuasa. Allah mengakibatkan flora dan serangga ada, dan melengkapi keduanya dengan kemampuan untuk saling memenuhi kebutuhan di antara mereka. Dia membuat hubungan kerjasama semacam itu yang jumlahnya tak terhitung dan menjamin kehidupan di alam supaya senantiasa berjalan dalam keselarasan. Dialah yang memenuhi segala kebutuhan makhluk hidup. Sebaliknya, Tuhan kita Yang Mahakuasa tidak membutuhkan apa pun sama sekali.
Sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur'an:
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah yaitu Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlaash, 112 :1-4)

disalin dari banyak sekali sumber



Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, tapi jangan ngiklan ya, kecuali berbagi link blog tidak apa-apa...

Daftar Isi

http://inilah-yangkutahu.blogspot.com$134.5$134.5How much is yours?

close
Banner iklan   disini