Menurut kepercayaan orang dulu Kehadiran komet dilangit akan terjadi suatu insiden besar yang akan terjadi. kehadiran komet merupakan sebuah mengambarkan yang dikirimkan alam untuk manusia, namun seiring berjalannya waktu komet bukan lagi sebuah mengambarkan alam yang megrimkan suatu insiden yang akan terjadi, namun lebih dari itu, komet memilki sejuta mistery yang sangat mengagumkan oleh kalangan ilmuwan dan insan hingga dikala ini. Konon musnahnya peradaban dinasaurua dan peradaban maju jaman dulu tidak lain yakni sebab komet yang jatuh dan menghmepaskan sgala kehidupan dimuka bumi, tak jauh jauh dari waktu itu, kalo kalian pernah membaca artikel ledakan dahsyat tunguska event di siberia awal era 20 an berdasarkan asumsi ilmuwan sebab adanya ledakan komet di atas angkasa yang meluluhlantakkan semua benda yang ada disana, itu merupakan sekelumit insiden dimuka bumi yang diakibatkan oleh kehadiran komet.
Sejak insan mulai sanggup menalar fenomena yang teramati di langit, semenjak itulah perhitungan waktu di mulai. Terbit-terbenamnya Matahari, perubahan wajah Bulan yang periodik, dan penampakan planet-planet serta rasi bintang dengan bermacam-macam pola hasil imajinasi yang sanggup diprediksi, kemudian dipetakan, telah memperlihatkan pengertian pada insan zaman dulu perihal kesempurnaan langit. Tentang betapa runtut dan teraturnya pergelaran yang dipertontonkan dalam ruang mangkuk raksasa tersebut....
Kegembiraan tengah membahana mengiringi kesuksesan misi Deep Impact dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). NASA berupaya memahami evolusi Tata Surya melalui “pembedahan” inti sebuah komet. Sementara kita akan kembali sejenak ke masa silam guna merunut pandangan leluhur perihal eksistensi sebuah objek yang kita kenal sebagai lintang kemukus ini.
Berbeda watak dengan penghuni langit lainnya, penampakan komet yang sekonyong-konyong di kegelapan malam telah memberi wangsit perihal kehadirannya sebagai mengambarkan yang dikirimkan para tuhan bagi manusia. Namun, info apakah yang hendak disampaikannya? Apa konsekuensi dari kemunculannya bagi kehidupan insan di muka Bumi?
Kegembiraan tengah membahana mengiringi kesuksesan misi Deep Impact dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). NASA berupaya memahami evolusi Tata Surya melalui “pembedahan” inti sebuah komet. Sementara kita akan kembali sejenak ke masa silam guna merunut pandangan leluhur perihal eksistensi sebuah objek yang kita kenal sebagai lintang kemukus ini.
Berbeda watak dengan penghuni langit lainnya, penampakan komet yang sekonyong-konyong di kegelapan malam telah memberi wangsit perihal kehadirannya sebagai mengambarkan yang dikirimkan para tuhan bagi manusia. Namun, info apakah yang hendak disampaikannya? Apa konsekuensi dari kemunculannya bagi kehidupan insan di muka Bumi?
Beberapa budaya yang muncul dari peradaban insan membaca pesan-pesan agung tersebut dengan mencermati menyerupai apa penampakan komet yang mereka lihat. Sebagai pola bagi sebagian budaya, ekor komet memberi kesan sebagai kepala perempuan dengan rambut panjang yang tergerai.
ilustrasi serangan komet jaman Dinosaurus
Budaya bertutur yang menghasilkan legenda juga menyebut-nyebut objek langit yang kehadirannya mengembangkan rasa takut ini. Sebutlah contohnya “Epic of Gilgamesh” dari bangsa Babilonia, yang di dalamnya mendeskripsikan kehadiran api dan banjir yang menyertai kehadiran komet di angkasa Bumi.
Tak jauh berbeda yakni legenda Yakut milik bangsa Mongolia kuno yang menyebut komet sebagai “saudara perempuan iblis” yang memberi peringatan perihal kehancuran, badai, dan isu terkini hambar yang membeku ketika objek ini mendekati Bumi.
Tak semata mitos
Nyatanya, dampak yang ditimbulkan komet tidak semata-mata terbatas pada mitos maupun legenda yang menjadi serpihan dari khasanah kebudayaan umat manusia. Komet pernah pula dituding bertanggung jawab atas peristiwa terbunuhnya sang penguasa besar bangsa Romawi, Julius Caesar. Hal itu berkenaan dengan kemunculan si “Rambut Panjang” di langit sebelum terjadinya insiden mengenaskan tersebut.
Di daratan Inggris, komet Halley juga dikaitkan dengan insiden kelam “Black Death”, (black death, akan saya bahas lain waktu...), janjkematian besar-besaran akhir wabah sampar yang menyerang daratan Eropa. Demikian pula dalam lembaran kelam bangsa Inca di Peru yang dicatat sejarah. Penampakan komet telah menggiring mereka ke ladang pembantaian yang dilakukan pasukan penjelajah asal Spanyol di bawah pimpinan Francisco Pizarro. Yang masih saya ingat lagi perihal musnahnya peradaban peradabn hilang yang berdasarkan asumsi ilmuwan yakni jatuhnya komet raksaa ke bumi kita dan masih banyak lagi penafsiran segala macam petaka yang diakibatkan oleh dantangnya tamu dari ruang angkasa ini.
Meskipun berangkat dari semangat spiritual yang sama, yaitu perihal kemunculan komet sebagai cara penguasa langit berkomunikasi dengan penduduk Bumi, para pengamat langit bangsa Cina terbiasa merekam dengan rapi setiap penampakan yang terjadi. Bahkan pada era Dinasti Han sudah ditemui adanya atlas komet.
Komet Kohoutek, nama komet biasanya diabadikan oleh penemunya
Bagi bangsa Cina, pencatatan ini menjadi bernilai spiritual, sebab dalam keyakinan mereka kaisar yang tidak lain yakni Putra Langit harus melangsungkan pemerintahan di Bumi dalam keharmonian dengan keteraturan yang teramati di angkasa. Karena itulah, setiap fenomena yang terjadi senantiasa dipahami sebagai persetujuan ataupun ketidaksetujuan dari penguasa di langit.
Tak ketinggalan juga dengan kemunculan komet Ikeya-Seki pada tahun 1965 yang mempunyai kesan tersendiri dalam sejarah kelam perjalanan bangsa kita, terjadinya pemberontakan bersenjata di selesai masa berkuasanya Orde Lama.
Tepian tata surya
Bagaimana dengan kita yang hidup pada masa di mana ilmu pengetahuan dan teknologi mendapat daerah terhormatnya? Saat ini kita tahu, komet berasal dari tepian Tata Surya. Renik yang menjadi saksi bisu dalam proses pembentukan sistem keplanetan ini 4,6 miliar tahun silam.
Awan Oort yang berada jauh di luar orbit Pluto, dipercaya sebagai daerah pembiakannya. Seperti anggota Tata Surya lainnya, komet pun mengorbit Matahari. Akibat gangguan gravitasi dari bintang-bintang erat Matahari, komet-komet tersebut sanggup berubah orbitnya. Dari yang semula berada di tepian Tata Surya menjadi bermukim di Tata Surya serpihan dalam menjadi komet berperiode pendek.
Ada pula yang terperangkap gravitasi planet raksasa, sehingga alih-alih mengorbit Matahari justru mengorbit planet tersebut. Ada yang secara bersiklus mendekati Matahari, menyerupai komet Tempel 1 yang menjadi sasaran misi Deep Impact yang mendekati Matahari satu kali dalam 5,5 tahun, namun ada juga yang hanya sekali mendekati Matahari dan sehabis itu tak pernah kembali.
Meskipun kini kita mempunyai pandangan ilmiah perihal komet, aura ketakutan yang dibawanya masih setia menyelimuti kita hingga kini. Tengok saja kisah-kisah fiksi yang berhasil di angkat ke layar lebar dan mendulang sukses besar, menyerupai Deep Impact dan Armageddon .
Baru kini kita sadar, insiden tumbukan dengan benda-benda angkasa menyerupai yang tergambar dalam film fiksi ilmiah di atas bukanlah hal yang musykil untuk terjadi. Peristiwa tumbukan di Tata Surya antara planet Jupiter dengan komet Shoemaker-Levy 9 pada tahun 1994 silam telah membuka mata kita.
Melihat potensi yang ditimbulkannya, tidak berlebihan jikalau eksistensi benda-benda angkasa tersebut perlu senantiasa dipantau untuk memperoleh informasi akurat perihal perubahan orbit yang dialaminya, sehingga kita pun sanggup dengan lebih baik memprediksikan kebolehjadian pertemuan dekatnya dengan Bumi dan lebih jauh lagi tindakan antisipasi jikalau akan terjadi tumbukan di masa depan.
Sejumlah tim yang terdiri atas astronom dari seluruh dunia dikala ini tengah melaksanakan survei langit dengan kamera elektronik untuk menemukan NEO (Near-Earth Objects) yang sebagian diantaranya yakni komet. Komet-komet anggota NEO yang mempunyai periode orbit kurang dari 200 tahun (komet-komet berperiode pendek) dikelompokkan tersendiri sebagai NEC (Near-Earth Comets).
Sebagian diam-diam langit yang dulu masih menjadi teka-teki dan dibalut hal-hal yang tidak rasional memang telah berhasil kita kuak, namun jauh lebih banyak lagi yang masih berupa misteri bagi kita. Misteri tersembunyi itulah yang semakin menciptakan kita tertarik untuk mencebur lebih dalam lagi, sebab hasrat bawaan kita. Pada hakikatnya insan yakni makhluk yang selalu ingin tahu. Ingin memperluas wawasan, dan tentunya dengan itu menjadi insan yang maju.
Salam adin..Semoga bermanfaat
Source :
Judhistira Aria Utama, S.Si., (Alumni Departemen Astronomi FMIPA-ITB. Instruktur Olimpiade Sains Bidang Astronomi.) dan banyak sekali sumber
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, tapi jangan ngiklan ya, kecuali berbagi link blog tidak apa-apa...