Pernah pada suatu masa, di mana di atas bumi ini muncul sejumlah besar "makhluk raksasa", dan "makhluk-makhluk raksasa" ini, bukan dinosaurus yang menguasai zaman Mesozoikum, mereka yakni hewan raksasa Artropoda (binatang bertungkai ruas) Carboniferous di masa Paleozoikum pada 300 juta tahun silam. Sejak jutaan tahun silam jauh sebelum adanya dinosaurus, makhluk-makhluk mahabesar ini telah berkelana di dunia jagat raya. Waktu itu telah muncul serangga, kalajengking, dan laba-laba yang superbesar, dan sejumlah besar serangga raksasa yang tidak sanggup terbang, serta makhluk Artropoda yang panjangnya 2,5 meter. Di antaranya golongan hewan yang paling menarik perhatian waktu itu yakni capung raksasa, bentangan sayapnya kurang lebih ada 1,25 meter, mereka yakni serangga raksasa terbesar yang pernah eksis di bumi.
Spesies-spesies raksasa ini berkembang biak dengan subur pada sekitar 300 juta tahun silam, dan waktu itu bumi merupakan sehamparan kawasan tropis yang hijau, di mana-mana yakni tumbuhan merambat (tumbuh-tumbuhan ini kemudian membentuk arang, dan ini juga kenapa semasa itu disebut Carboniferous), akan tetapi kurang lebih 50 juta tahun kemudian, binatang-binatang Artropoda yang maharaksasa ini punah dari muka bumi pada masa pertengahan zaman perem.
Semenjak dulu ilmuwan memrediksi, bahwa oksigen dalam atmosfer memainkan peranan penting dalam proses kesuburan dan pemusnahan spesies-spesies ini. Penelitian yang diarahkan pada cuaca zaman prasejarah dan penelitian terkait lainnya yang diadakan oleh jago geologi dari Universitas Yale Dr. Bonna baru-baru ini, memperkuat konsepsi wacana naiknya kepadatan oksigen --semasa zaman karbon Iferous, tingkat kepadatan oksigen di atmosfer kurang lebih 35%, dan kepadatan oksigen ketika ini hanya berkisar 21%. Oleh alasannya yakni hewan Artropoda tanpa kecuali yakni secara eksklusif menyerap oksigen melalui pipa pernapasan kecil yang terbesar di seluruh jaringan tubuh, bukan secara tidak eksklusif menyerap oksigen melalui cairan darah, dan mungkin alasannya yakni kepadatan oksigen tersebut yang menimbulkan binatang-binatang raksasa itu sanggup berevolusi dan hidup.
Akan tetapi, kemungkinan lainnya juga ada, contohnya kurangnya makanan yang sanggup ditangkap. Namun pada dasarnya, ketika ini masih belum ada orang yang memastikan mengapa muncul makhluk mahabesar ini pada zaman karbon. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan, bahwa oksigen yang lebih padat memang benar-benar sanggup menjadikan sejumlah imbas terhadap volume badan spesies. Ambil sebuah teladan misalnya, penelitian terhadap hewan samudera yang tidak bertulang belakang, ditemukan spesies yang agak besar, dengan suhu yang agak hangat, dan antarperairan yang kandungan oksigennya lebih tinggi terdapat suatu hubungan pertalian. Pada dasarnya, jikalau jumlah kandungan oksigen di perairan semakin tinggi, maka makhluk hidup yang hidup di dalamnya akan semakin besar.
Dan mengenai kenapa oksigen yang semakin banyak sanggup membuat serangga yang semakin besar? Prof. Harrison dari Universitas Arizona mengemukakan sebuah pandangan, ia beropini bahwa oksigen mungkin yakni suatu katalis pergantian kulit hewan Avertebrata. Harrison mengatakan, bahwa sebelum hewan Avertebrata mengganti kulit, umumnya bobotnya sanggup meningkat satu kali lipat.
Dan pada masa tersebut, volume pipa pernapasan di badan mereka tidak mengalami perubahan, tetap memelihara ukurannya sebelum pergantian kulit, namun pipa pernapasan ini malahan sanggup memakai oksigen yang lebih banyak untuk memberi pertumbuhan individual. Iklim zaman karbon Iferous Paleozoikum memperlihatkan semakin banyak oksigen ketika proses pergantian kulit, mendorong pertumbuhan yang semakin besar pada Artropoda. Harrison menyampaikan bahwa prosedur ini mungkin sanggup menjelaskan tanda-tanda tersebut.
-salam adin-
Keterangan foto: Suatu serangga yang langka berjulukan Lord Howe Island Stick Insect di Melbourne, Australia. (AFP)
(Sumber: Artikel Ziyou Shibao, Dajiyuan)
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, tapi jangan ngiklan ya, kecuali berbagi link blog tidak apa-apa...