Artikel ihwal mistery kehidupan diluar bumi yang hingga ketika ini masih mempunyai andil besar dalam menguras benak terdalamku untuk mencari tau akan kehidupan makhluk cerdas yang mungkin ada di luar selain planet kita. Peradaban yang mungkin telah ada ribuan tahun sebelum bumi terhuni makhluk hidup. Cukup mengagetkan ketika Seth Shostak, seorang astronomer dari SETI Institute yang pernah menyampaikan perumpamaan yang berbunyi demikian, "Ada lebih banyak bintang di alam semesta dari pada butiran pasir di pantai bumi. Dan kalau ada pasir dimana terjadi sesuatu yang menarik, dimana ada makhluk hidup yang pandai, berarti itu sangatlah istimewa."
Mungkin dari kalian masih sedikit mengenal istilah SETI, bergotong-royong dari sekian artikel pencarian kehidupan diluar bumi ini, pekerjaan SETI mempunyai tugas yang sangat besar sebagai sumber artikel topic ini…tidak salah kalau kita meluangkan waktu sedikit untuk menambah pengetahuan akan SETI ini yang konon berisi ilmuwan ilmuwan yang mempunyai pekerjaan paling aneh didunia…
SETI merupakan abreviasi dari Search Extra Terrestrial Intellegence. Sebuah Badan dimana didalamnya berisi sekelompok ilmuwan yang mempunyai pekerjaan paling aneh di dunia. Ya, mereka berusaha mencari peradaban makhluk asing. Proyek SETI sebagian besar memang ditangani oleh para astronomer radio yang melaksanakan penelitian yang amat unik, mereka berusaha mencari sinyal berupa pancaran radio maupun transmisi laser dari teknologi peradaban cerdas yang jauh. Para Ilmuwan SETI yakin bahwa kedua jenis sinyal tersebut sanggup dipancarkan dengan biaya yang relatif murah. Namun yang perlu diketahui bahwa SETI tidak melaksanakan studi terhadap fenomena-fenomena UFO yang memang dikatakan sering terjadi.
Pencarian sinyal-sinyal radio tersebut mempunyai taktik yang cukup unik, dimana mereka mencari sinyal dalam gelombang mikro yang mempunyai rentang frekuensi yang amat sempit di luar tata surya. Ini yakni jenis sinyal yang mempunyai potensi besar untuk dideteksi. Diantara seluruh rentang spektrum sinyal radio, frekuensi 0.5 - 60 GigaHertz (GHz) merupakan frekuensi yang paling bebas dari gangguan oleh sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh benda-benda alamiah. Peradaban manapun yang telah membuatkan teknologi radio niscaya akan menyadari hal ini juga dan memancarkan sinyal berdasarkan fakta ini. Atmosfer kita pada umumnya menghalangi kita memancarkan sinyal dengan frekuensi di bawah 12 GHz, dan justru peradaban lain mungkin punya alasan untuk menentukan frekuensi serendah ini.
Perkembangan teknologi kita masih terlalu muda, sebagian besar gres dikembangkan satu dua periode terakhir ini. Dan mungkin saja perkembangan teknologi peradaban di luar sana lebih bau tanah ribuan tahun dari peradaban di bumi yang masih tergolong remaja. Dengan teknologi radio kita yang masih terlalu lemah, tentunya masih terlalu sulit bagi kita untuk mendeteksi mereka. Maka, hingga ketika ini satu-satunya yang bisa dibutuhkan yakni transmisi berdaya tinggi yang dengan sengaja dipancarkan oleh peradaban asing untuk menyampaikan keberadaan mereka.
Seth Shostak, seorang Astronomer dari SETI Institute menyampaikan bahwa peradaban yang mungkin kita deteksi "adalah masyarakat dengan ribuan atau jutaan tahun dari teknologi dalam sabuk komunikatornya" Sebuah brosur public relations dalam institut SETI (1999, hal.14) mencatat bahwa "Adalah sebuah keyakinan umum bahwa peradaban apapun yang kita deteksi mungkin jauh lebih maju dari peradaban kita, kemungkinan ratusan atau ribuan tahun atau lebih di atas kita". Jill Tarter (1998) berspekulasi ihwal "sepuluh juta tahun". Ray Norris (1999) membela satu juta tahun sebagai perbedaan umum yang paling mungkin. Ia menambahkan bahwa kemungkinan ETI kurang dari satu juta tahun di atas kita yakni sangat rendah. Kurang dari satu kemungkinan dalam seribu kemungkinan. Charles Lineweaver (1999) menyimpulkan perbedaan umur mungkin 5,2 juta tahun dan menawarkan betapa "naïf", dan "bodoh" asumsi-asumsi pencarian SETI.
Adalah Martyn Fogg (1987) memperhitungkan bahwa aneka macam peradaban teknis muncul di galaksi kita sekitar empat juta tahun yang lalu, dan beberapa muncul lebih awal (beberapa di antaranya bahkan ada sebelum system tatasurya kita terbentuk). Tentu saja, hasil dari simulasi komputernya mengindikasikan bahwa seluruh galaksi kita mungkin telah berkolonisasi selama lima juta tahun terakhir.
Untuk mendapatkan beberapa perspektif ihwal arti dari jumlah yang banyak ini, yakni mempunyai kegunaan untuk mengingat bahwa peradaban kita hanya berumur sekitar sepuluh ribu tahun, atau lebih muda dalam beberapa defines. Baru seratus ribu tahun yang kemudian nenek moyang kita yakni pemburu-pengumpul masakan menggunakan alat-alat kerikil dan hanya bahasa kuno. Jika peradaban diluar sana seratus ribu tahun di atas kita, maka mereka telah cukup mampu mengirimkan satelit-satelit inteligen untuk menjelajah sistem planet lain. Setiap satelit mungkin lebih cerdas dan lebih berpengetahuan dibanding manusia, juga mungkin lebih kecil dari bola basket atau baseball . Bahkan keremajaan teknologi insan mungkin akan bisa meluncurkan satelit antar bintang dalam dua ratus tahun, jauh lebih awal kalau rencana NASA berjalan. Kaprikornus peradaban yang ada seratus ribu tahun di atas kita diduga membuatkan sebuah kapasitas antar bintang dahulu kala.
Karena banyak yang beranggapan potensi keberhasilannya terlalu kecil, maka hanya sedikit orang yang alhasil meneliti peradaban makhluk cerdas di luar bumi. Hal ini juga menciptakan Pemerintah Amerika Serikat enggan mengucurkan banyak dana untuk proyek SETI. NASA mempunyai jadwal SETI yang diawali lagi di tahun 1989 dan meneliti dengan teleskop pertama kali di tahun 1992, kemudian tidak boleh oleh kongres 1 tahun kemudian di tahun 1993. Dari sumber yang saya dapat, peneliti SETI mendapatkan $12 juta setahun, itu dari $14 miliyar anggaran NASA untuk 1 tahun. $12 juta setahun yang diterima SETI tersebut juga dikatakan teralalu berlebihan lantaran lagi-lagi dikatakan kemungkinan suksesnya sangat kecil. Kaprikornus dilakukan adaptasi ulang terhadap $12 juta yang dihabiskan untuk proyek ini. Kini, SETI dibiayai oleh swasta. Jika para ilmuwan mau menggunakan parabola raksasa pemerintah untuk melakukan penelitian, mereka harus mengantri dengan peneliti lain dan menyewa dengan biaya $6000 perhari.
Sekarang kita berada di sebuah planet kecil yang mengelilingi sebuah bintang tetap. Di luar sana terdapat sekelompok bintang yang disebut galaksi. Di malam yang cerah, kita bisa melihat banyak bintang diangkasa. Itu hanya sebagian dari 400 miliyar bintang yang diperkirakan berada di galaksi kita. 400 miliyar bintang dalam satu galaksi tentu begitu sangat mengagumkan. Jika salah satu diantaranya mempunyai planet, dan kalau salah satu diantaranya ada kehidupan, kemudian disalah satu bentuk kehidupannya merupakan makhluk cerdas, niscaya ada jutaan peradaban di angkasa sana. Tapi kalau tak ada, berarti terjadi pemborosan ruangan.
Dengan teleskop ruang angkasa Hubble kita sanggup menemukan lebih banyak lagi bintang-bintang yang membentuk galaksi. Kemungkinan ada 50 miliyar galaksi lain di alam semesta yang masing-masing mempunyai ratusan miliyar matahari.
Dimulai dengan jumlah bintang di galaksi, yaitu sekitar 400 miliyar. Untuk mencari kehidupan, kita butuh bintang yang mempunyai planet menyerupai halnya matahari. Namun, hingga tahun 1995, pada Astronom belum menemukannya. Lalu astronomer mulai menggunakan peralatan gres yang bisa melacak keberadaan terkecil bintang yang mempunyai planet. Mereka menemukan sistem planet di galaksi tetangga kita, Andromeda. Teleskop ruang angkasa bahkan memotret sebuah planet di konstelasi Torus. Penemuan terakhir menawarkan sedikitnya 3-5 % dari semua bintang mempunyai planet dan persentase bergotong-royong mungkin lebih tinggi lagi. Tapi, berapa bintang yang mempunyai planet yang mempunyai kandungan air? Dari 8 planet di tata surya kita, 3 diantaranya dulu basah, tapi sekarang hanya di bumi yang mempunyai lautan. Di tata surya kita, setidaknya ada satu planet yang ada kehidupan yaitu bumi. Jadi, katakan saja di tiap tata surya ada satu planet yang bisa ada kehidupan.
Ada beberapa planet yang benar-benar mempunyai kehidupan? ini sulit. Sebab kita hanya mempunyai kehidupan di bumi sebagai suatu pola dan semua kehidupan itu saling berhubungan. Kehidupan di Planet ini ada dimana-mana, kemanapun mereka pergi, mereka bisa mempertahankan hidupnya. Kita tak tahu secara persis bagaimana kehidupan di bumi dimulai. Tapi kalau kita bisa tahu apa dulu benar-benar ada kehidupan di Mars itu bisa menyampaikan kepada kita. Tiap ada planet yang separuh bisa ditinggali, maka kehidupan akan berkembang. Kemungkinan optimisnya dari 50% - 100% planet akan berkembang kehidupan.
Berikutnya yang kita butuhkan yakni kehidupan yang mempunyai teknologi. Jika ada makhluk cendekia di planet lain, cepat atau lambat ilmu pengetahuan akan berkembang. Andai 2 dari 10 kehidupan mempunyai teknologi radio, itu berarti ada 2 miliyar peradaban di galaksi kita yang bisa mengirim sinyal. Tapi, apakah peradaban-peradaban menyerupai itu masih ada?
Bagian terakhir dari persamaan Drake yakni masa hidup dari peradaban yang mempunyai teknologi tersebut. Para ilmuwan SETI lebih menyukai pernyataan berapa usang mereka tetap mengudara?. Apakah mereka juga memancarkan sinyal-sinyal kepada kita? itu juga belum kita ketahui. Tapi kalau kita optimis dan menyampaikan ET akan mengudara selama minimal satu juta tahun maka jumlah siaran di galaksi kita mungkin ada sekitar 10.000.
Misalnya ada 40.000 peradaban diantara 400 miliyar bintang, mengapa kita belum mendengar transmisi apapun dari peradaban lain?
Menurut para ilmuwan, kita harus mencari 1 dari 10 juta bintang. Tapi berdasarkan fiksi ilmiah, kalau persamaan Drake benar makhluk asing seharusnya sudah ada disini. Sepertinya keturunan kita akan menjelajah dari bintang ke bintang dengan lebih pelan dari kecepatan cahaya dalam sebuah pesawat besar. Butuh waktu usang untuk hingga ke bintang lain. Mengembangkan koloni, industri, membuatkan teknologi dan kemudian mulai menjelajah ke bintang lain. Jika itu terjadi, keturunan kita butuh waktu 60 juta tahun untuk memenuhi galaksi kita.
Jadi pertanyaan yang muncul adalah, mengapa mereka belum datang disini? Kemungkinan pertama yaitu peradaban terlalu terpencar untuk melaksanakan kontak. Ide berapa usang peradaban bisa bertahan dan kemungkinan spektrum kita dalam spektrum waktu sanggup berafiliasi dengan spektrum makhluk cendekia lainnya biar kita saling sanggup bertemu. Kemungkinan kedua ialah tak ada peradaban lain yang mempunyai teknologi. Mungkin kehidupan di planet lain hanya merupakan lumba-lumba, gurita, makhluk-makhluk air yang aneh yang sama sekali tak pernah keluar dari planet mereka. Kemungkinan ketiga, peradaban lain punya teknologi tapi mereka tidak mempunyai keingintahuan mengenai belahan jagad raya yang lainnya. Atau mungkin bergotong-royong makhluk asing tahu segalanya ihwal kita? Meraka sengaja tidak melaksanakan kontak biar lebih leluasa untuk melaksanakan pengamatan kepada kita. Bagaimana kalau kita bergotong-royong telah usang dimati oleh mereka tanpa kita pernah mengetahuinya? lantaran mereka suka dengan seni dan kebudayaan kita? Atau mereka akan punya rencana menyerang kita secara membisu diam tanpa sepengetahuan kita??
continue next time…
sorce
*Super special than to dipfals
*Jonathan Ward, Understanding the Extra Terrestrial, 1998
*Tri L Astraatmaja, Adakah Seseorang di Luar Sana?
*Allen Tough, 5 Strategi Memperoleh Kontak Dengan E.T
*Wikipedia
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, tapi jangan ngiklan ya, kecuali berbagi link blog tidak apa-apa...