Sebuah gedung pencakar langit unik yang dibangun dari bambu menjadi semifinalis di Festival Arsitektur Dunia, membuat tren gres pada penggunaan bambu sebagai materi bangunan. Bukannya sebuah menara tunggal yang menembus ke langit, bangunan bambu desain dari Arsitek GRG ini terdiri dari beberapa menara yang saling berafiliasi dengan jalan spiralnya yang terus naik.
Desain ini terinspirasi oleh struktur hutan bambu alami, di mana bambu dengan tinggi yang berbeda, lebar dan jenis, tumbuh berdampingan.
Tidak hanya pertumbuhan bambu yang cepat membuatnya sangat sustainable, sifat fisik dari bambu juga membuatnya sebagai materi bangunan yang sangat baik.
Konsepnya yaitu struktur modern yang sustainable. "Mengapa kita tidak coba membangun sesuatu dengan serat alami yang berpengaruh yang membutuhkan waktu 5 tahun untuk tumbuh, bukan 20, 40 atau 80 tahun?" tutur arsiteknya dalam sebuah statement.
Meskipun batang bambu merupakan elemen struktur utama, disini baja juga dipakai untuk sendi antara batang.
Bambu mempunyai kekuatan tarik tinggi (high-tensile) yang bersaing dengan baja, ringan dan gampang transportasinya, dan juga elastis, sehingga cocok untuk tempat rawan gempa.
Setiap menara pencakar langit bambu ini dirancang dalam modul setinggi 20m, memungkinkan arsitek untuk memakai bambu dengan panjang 30m untuk mengcovernya. Juga "Kami tetapkan bahwa stainless steel harus dipakai untuk materi sendi antara bambu, alasannya yaitu satu alasan yang sangat sederhana: bangunan setinggi 200 m tidak sanggup diikat dengan tali".
Bahan film EFTE, dengan karakteristiknya yang self-cleaning dan anti pelapukan, dipakai untuk melingkupi fasad bangunan.
Nah, di sini bambu sangat berlimpah, cocok diaplikasikan dan dengan tunjangan banyak arsitek dan teknologi sipil Indonesia yang semenjak jaman Bung Karno sudah berkualitas dunia, bukan mustahil akan menjadi tren baru.
By Mimin-ATN@Jkt58
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar, tapi jangan ngiklan ya, kecuali berbagi link blog tidak apa-apa...