Sejumlah negara di dunia ini mempunyai acara-acara unik yang melibatkan begitu banyak orang yang umum disebut parade atau festival. Semula, acara-acara ini diselenggarakan untuk merayakan hari-hari tertentu di samping, tentu saja, untuk menawarkan kesenangan bagi penduduknya. Namun kemudian, program ini juga dimanfaatkan untuk menarik perhatian wisatawan demi mendulang dolar dari sektor pariwisata.
Mengutip data dari banyak sekali sumber, termasuk femalefirst.co.uk, dikala ini terdapat enam ekspo yang unik dan menarik, namun selalu berakhir dengan keadaan yang menciptakan pesertanya menjadi kotor, lokasinya menjadi amat berantakan, bahkan menjadikan kebisingan luar biasa. Dan yang mengejutkan, wisatawan pun terlibat dalam program "mengerikan" ini. Apakah keenam ekspo itu? Ini dia:
1. La Tomata Festival

Festival ini bermula ketika pada 1945 di kota itu diselenggarakan parade gigantes y cabezudos yang diikuti para cowok setempat. Parade yang diselenggarakan di Plaza del Pueblo, alun-alun Kota Bunol ini, mempertontonkan agresi "adu jotos" para cowok itu. Saat parade berlangsung, di dekatnya ada sayuran dengan tomat di antaranya. Tanpa pikir panjang, para akseptor itu mengambil tomat dan melemparkannya satu sama lain. Parade pun kacau balau, sehingga polisi harus turun tangan menghentikannya. Namun insiden itu justru menjadi wangsit warga kota, maka lahirlah Tomatina Festival.
Jika Anda ingin ikut terlibat, jangan lupa siapkan pakaian ganti dan obat-obatan, alasannya yakni ekspo ini akan menciptakan sekujur badan Anda "berdarah" alasannya yakni dilempari tomat. Bahkan tak sedikit akseptor yang terluka akhir jalanan di lokasi ekspo yang menjadi licin.
2. Holi Festival

Holi Festival berakar dari cerita dalam agama Hindu, dimana dalam Vaishnavism disebutkan jika ada seorang raja setan yang agung yang diberi anugerah oleh Dewa Brahma, sehingga tak sanggup mati. Namanya Hiranyakasipu. Karena anugerah ini, Hiranyakasipu menjadi sombong. Dia meminta semua umat Hindu semoga tak lagi menyembah dan menghormati dewa-dewa, namun harus menyembah dan hormat kepadanya.
Prahlada, anak Hiranyakasipu, menolak kesombongan ayahnya itu, dan tetap memuja Dewa Wishnu. Hiranyakasipu murka sekali. Apalagi alasannya yakni meski telah dihasut dan diancam, Prahlanda tetap menyembah Wishnu.
Hiranyakasipu kemudian mencoba membunuh anaknya itu dengan bermacam-macam cara, termasuk dengan meracuni dan membuatnya diinjak-injak gajah, namun tak berhasil. Ia kemudian meminta Holika, adiknya yang juga tak bisa mati, untuk memangku Prahlada di atas tumpukan kayu yang akan dibakar. Tujuannya, tentu, akan memperabukan badan Prahlada, sehingga anaknya itu tewas. Namun yang justru terjadi adalah, api membakar Holika hingga tewas, sementara Prahlada tetap hidup. "Pengorbanan" Holikah inilah yang kemudian diapresiasi melalui Festival Holi.
Semula, Festival Holi hanya dirayakan oleh umat Hindu, namun sesudah perayaan ini dijadikan sebagai salah satu objek wisata, pesertanya yang bisa mencapai ribuan orang tak lagi hanya umat Hindu, tapi juga wisatawan.
Dalam ekspo ini, akseptor saling melemparkan bubuk berwarna-warni, sehingga warna badan mereka menjadi asing alasannya yakni mempunyai banyak warna. Seru memang, tapi menciptakan mereka menjadi kotor. Begitupula lokasi dimana ekspo diselenggarakan.
3. Songkran Festival

Songkran berasal dari bahasa Sansekerta, "samkaranti", yang secara harfiah sanggup diartikan sebagai "bagian dari astrologi". Semula, hari perayaan ekspo ini ditentukan menurut perhitungan astrologi, sehingga waktu penyelenggaraannya selalu berubah-rubah. Namun sekarang tidak lagi, sehingga ekspo dirayakan pada hari dan bulan yang sama, namun selalu pada hari dengan cuaca terpanas di Thailand, yang biasanya terjadi di penghujung isu terkini kemarau antara tanggal 13 hingga 15 April. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah, alasannya yakni ekspo yang diselenggarakan di Kota Chiangmai ini merupakan ekspo dimana orang-orang saling menyiramkan air dengan memakai ember, gayung, pistol air atau balon, sehingga semua akseptor berair kuyup.
Konon, tradisi yang telah diselenggarakan selama berabad-abad ini disesuaikan dari salah satu budaya di India. Maklum, menyerupai juga di India, penduduk Thailand kebanyakan juga berama Hindu. Filosofinya adalah, untuk membersihkan pikiran, badan dan jiwa.
4. La Batalla Festival

Festival yang dimulai pukul 07:00 pagi melibatkan para orang renta dan anak muda yang diwajibkan mengenakan kemeja atau kaos putih yang dilengkapi syal merah. Selain itu, mereka juga wajib membawa kendi, botol, dan jenis wadah yang lain yang telah diisi anggur merah.
Festival ini dipimpin oleh walikota Haro yang duduk di atas kuda. Setelah program dibuka, akseptor yang berjumlah ratusan, bahkan ribuan orang, menumpahkan anggur yang mereka bawa ke badan akseptor lain hingga anggur yang mereka bawa tak bersisa. Tentu, mereka menjadi berair kuyup dan warna pakaian yang dikenakan pun berubah kemerahan. Acara diakhiri dengan berdansa, makan bersama, dan minum anggur.
5. Pillow Festival

Pukulan harus berpengaruh dan berulang-ulang hingga bantal seobek dan isinya berhamburan mengotori pakaian akseptor dan lokasi festival.
6. Tintamarre Festival

Tintamarre berasal dari tradisi rakyat Kanada keturunan Acadian pada pertengahan periode 20, dan diselenggarakan untuk merayakan The National Acadian Day. Konon, ekspo ini terinsiprasi oleh tradisi kuno rakyat Perancis, alasannya yakni tintamarre sendiri dalam bahasa Perancis berarti Acadian yang berarti "bunyi berdering" atau "din".
Selama festival, akseptor berdandan dan melukis wajah mereka sedemikian rupa, sehingga menyerupai badut atau karakter-karakter kocak dan asing lainnya. Selain itu, mereka membawa peluit, gergaji, alat musik dan alat-alat lain yang sanggup menjadikan bunyi bising.
Bagi Anda yang tak suka kebisingan, ekspo ini mungkin memuakkan. Tapi bila Anda yang menyukai hal-hal yang seru, ekspo ini bisa menjadi salah satu alternatif objek liburan Anda.